Sengkalan : Orang Jawa Mengingat Tahun
Orang Jawa memiliki cara yang khas untuk mengingat tahun, terutama tahun terjadinya peristiwa penting. Misalnya, sirna ilang kertaning bumi
merujuk pada tahun 1400 S, yaitu runtuhnya Kerajaan Majapahit. Kalimat
tersebut disebut sengkalan. Masing-masing kata dalam kalimat tersebut
memiliki watak bilangan, yaitu sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4, dan bumi = 1. Tahun yang dirujuk oleh sengkalan adalah Tahun Saka dalam kalender lunar (candra) maupun solar (surya).
Dalam bahasa asing, sengkalan disebut dengan chronogram.
Artinya, tulisan/pernyataan yang mengandung makna angka tahun. Meski
demikian, sengkalan tidak terbatas pada tulisan, tetapi juga pada
gambar. Sengkalan bentuk gambar biasanya terdapat pada bangunan candi
atau istana. Sengkalan yang berbentuk tulisan biasanya termaktub dalam
naskah Jawa kuna.
Penyusunan sengkalan sebaiknya memang
sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada waktu itu. Pernyataan dalam
sengkalan juga sebaiknya tidak bertentangan dengan peristiwa meski
pernyataannya tidak sesuai. Hal ini bertujuan agar orang mengingat
peristiwa apa yang kiranya terjadi pada waktu itu. Sebelumnya, telah
dijelaskan dengan contoh sengkalan sirna ilang kertaning bumi.
Sengkalan tersebut dalam bahasa Indonesia berarti “musnah hilang
kejayaan di bumi”. Sengkalan tersebut merujuk waktu runtuhnya Kerajaan
Majapahit yang konon menyejahterakan rakyatnya.
Watak Bilangan
1. Kata kata yang memiliki watak 0 ( nol/das )
Nir ( tanpa, hilang, habis ) memiliki
watak 0 karena kata nir dan semua padan katanya ( tanpa, hilang, habis )
mengandung pengertian kosong ( tidak ada ).
2. Kata-kata yang memiliki watak 1 ( satu/siji/setunggal/eka )
Kata yang memiliki watak satu terdiri
atas kata yang menunjukkan benda, orang, binatang, atau kejadian alam
lain yang mengandung nilai 1, misalnya Bumi. Bumi memiliki sifat satu,
karena adanya bumi hanya satu di lingkungan tata surya kita. Demikian
pula untuk Surya ( matahari), Candra ( rembulan ), Jagad yang juga
menunjukka jumlah satu. Demikian pula Gusti ( Allah, Raja ), yang
sifatnya hanya ada satu di dalam ruang lingkupnya.
3. Kata-kata yang memiliki watak 2 (dua/loro/kalih/dwi ).
Kata yang memiliki watak 2 ( dua ) adalah
kata-kata yang berkaitan dengan segala sesuatu yang mengandung unsur
dua atau sepasang, misalnya asta ( tangan ). Asta ( tangan ) manusia
yang normal berjumlah 2 ( dua ). Dengan demikian asta memiliki watak 2
(dua ).
Netra ( mata ) manusia yang normal berjumlah dua, maka mata memiliki watak 2.
Nyembah, nembah juga memiliki watak dua,
karena orang yang normal di dalam adat budaya Jawa, jika menyembah
menggunakan kedua tangannya.
4. Kata yang memiliki watak 3 (tiga/telu/tiga/tri ).
Bahni atau geni atau api dikatakan memiliki watak tiga karena api dapat terjadi jika ada tiga unsur pembentuk api itu, yaitu :
- Alat pematik ( batu thithikan, korek )
- Sarana ( arang, kayu, sumbu kompor, benda yang dapat terbakar )
- Udara
Uta ( lintah ) dikatakan memiliki watak 3
karena lintah memiliki sifat yang menunjukkan bilangan 3 yaitu memiliki
gigi berjumlah tiga ( gigi bawah dua, gigi atas satu ). Di samping itu
lintah memiliki 3 kemampuan, yaitu kemampuan menempel, kemampuan
bergerak, dan kemampuan menghisap darah.
5. Kata yang memiliki sifat 4 ( empat/papat/sekawan/catur )
Sagara ( laut ) dikatakan memiliki watak 4 (
empat ) karena laut dianggap merupakan peampung air yang berasal dari
empat asal yaitu :
- Air dari mata air di sungai kecil
- Air dari bengawan
- Air dari pancuran
- Air hujan
Bana ( hutan besar/rimba raya ) dikatakan memiliki sifat lima karena rimba raya itu dianggap mengandung 5 ( lima ) macam bahaya, yaitu :
- Ketemu ular
- Ketemu harimau
- Ketemu srigala
- Ketemu raksasa
- Ketemu banteng
Hoyag ( gerak ) dikatakan memiliki sifat enam karena gerakan badan manusia dianggap terdiri atas enam macam gerakan yaitu :
- Gerakan tangan
- Gerakan kaki
- Gerakan lidah/mulut
- Gerakan mata
- Gerakan leher
- Gerakan bulu
Resi ( pendeta suci ) dikatakan memiliki watak 7 ( tujuh ) karena ada anggapan bahwa pada jaman purwa ada tujuh orang pendeta suci yaitu :
- Resi Kanwa
- Resi Parasurama
- Resi Janaka
- Resi Wasistha
- Resi Carika
- Resi Wrahaspati
- Resi Naraddha
Pujangga dikatakan memiliki watak 8 (delapan) karena pujangga dianggap memiliki delapan kelebihan yaitu :
- Paramasastra ( kemampuan di dalam kesusasteraan )
- Paramakawi ( kemampuan di dalam bahasa kawi )
- Mardibasa ( kelebihan di dalam olah kata )
- Mardawalagu ( kemampuan di dalam bidang lagu-lagu tembang dan gending
- Hawicarita ( kepandaian di dalam bercerita )
- Mandraguna ( berilmu pengetahuan luas )
- Nawung Kridha ( kemampuan mengarang/menggubah suatu karya yang memiliki nilai filosofi tinggi )
- Sambegana ( kekuatan daya ingat )
Bolongan/butulan ( lubang ) dikatakan memiliki watak sembilan, karena lubang pada badan manusia berjumlah sembilan (babahan hawa sanga/ babahan nawa sanga) yaitu :
- Dua lubang mata
- Dua lubang telinga
- Satu lubang mulut
- Dua lubang hidung
- Satu lubang kemaluan
- Satu lubang anus
Sengkalan memet menyatakan angka tahun dengan gambar. Berikut ini contoh sengkalan memet:
![nagaraja](https://pakarsajen.files.wordpress.com/2012/10/nagaraja.jpg?w=604)
![ganeca](https://pakarsajen.files.wordpress.com/2012/10/ganeca.jpg?w=604)
Kedua gambar di atas merupakan relief Candi Sawentar Kidul.
Gambar pertama berbunyi nagaraja anahut surya, yang menunjuk pada 1318 S. Gambar kedua berbunyi ganesha inapit mong anahut surya, yang merujuk pada tahun 1328 S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar